Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berencana menerapkan sistem transaksi tol non tunai nirsentuh berbasis Multilane Free Flow (MLFF). Dengan sistem tersebut, pengguna kendaraan bisa bayar tol tanpa setop.
“Diharapkan sistem transaksi nirsentuh MLFF akan 100% Go-Live di seluruh jaringan Jalan Tol Indonesia pada tahun 2023. Pada saat itu tidak akan ada lagi gardu tol karena pengguna jalan tol akan terhubung dengan satelit untuk proses pembayaran penggunaan jalan tol,” jelas Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam webinar ITS Indonesia, Kamis (29/7/2021).
Di kesempatan yang sama, Chief of Business Development PT Roatex Indonesia Toll System, Emil Iskandar mengatakan dengan penerapan MLFF akan meminimalisir kerugian operasional jalan tol. Dia mengungkapkan, per tahun terjadi kerugian sebesar Rp 4,4 triliun yang disebabkan oleh kemacetan di GT.
“Ada potensi kerugian US$ 300 juta ataupun (sekitar) Rp 4,4 triliun per tahun ini dari kemacetan yang timbul di gerbang tol setiap tahunnya, dan ini juga secara impact akan mengurangi potensi pendapatan dari tol operator dalam hal ini adanya potensi kerugian dari hambatan di gerbang tol,” katanya.
Berdasarkan data World Bank tahun 2019 yang diperolehnya menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia mengalami kerugian Rp 56 triliun per tahun. Oleh sebab itu, data tersebut dijadikan landasan untuk mengubah sistem penggunaan jalan tol melalui MLFF atau bayar tol tanpa setop.
“Yang mana ini menjadi landasan bagi kita untuk mengimplementasikan sistem yang nantinya akan berperan penuh dalam merubah keseluruhan sistem yang ada di jalan tol,” ujarnya.
Pihaknya juga melakukan studi terkait perubahan sistem yang akan digunakan di Indonesia. Dari hasil studi tersebut, ditemukan bahwa perubahan harus dilakukan baik dari sisi pengguna jalan tol dan dari sistem pembayaran.
“Kita akan menggunakan sistem pembayaran berbasis online, dan itu nanti memang saat ini yang paling memungkinkan di Indonesia adalah free flow system. Jadi memang secara proses tidak akan ada barrier lagi, boleh dikatakan di mindset kita akan pakai virtual barrier,” jelasnya.
“Ini akan ditopang oleh satelit, di mana satelit itu akan men-determined location mobile phone dari pengguna dan dari aplikasi akan menentukan jarak koordinat pemakaian sampai pentarifan seperti apa,” tutup Peter [detik.com]